(Neurology) "You are What you Think!"

 Minggu lalu ketika saya bersama 4 orang teman lain stase saraf di Banyumas, tak sengaja mendapat seorang pasien, laki-laki yang sedang kuliah di salah satu Universitas Swasta di Jawa Tengah diantar oleh ibunya. Pasien tersebut datang dengan keluhan sakit kepala yang kambuh-kambuhan, rasanya cekot-cekot disertai leher yang tegang. Memang sebulan lalu pasien ini mendapat perawatan atas kecelakaan lalu lintas yang dialami.

Setelah dilakukan anamnesis mendalam dengan pasien dan tampak sekali sang ibu menguasai anamnesis yang seharusnya dijawab sendiri oleh sang anak, ternyata pasien itu termasuk salah satu dari 95% pasien headache karena psikosomatis. Yap! gampangnya sakit kepala karena pikiran..  Konon, pasien tersebut merasa sangat di atur oleh orang tuanya. Dia menceritakan kalau dia dapat tawaran beasiswa untuk belajar dan mengajar di salah satu universitas Islam di Jakarta. Bahkan ada yang menawarkan dia untuk kuliah dengan beasiswa gratis di Arab, tapi semua itu ditolak dengan alasan sang ibu tidak mengijinkan.  Dan setiap kali pasien meminta izin dari orang tua pasti si ibu melarang bahkan meminta pasien untuk cuti saja daripada terus-menerus sakit kepala. Saya juga tidak tau apakah pasien ini adalah anak tunggal dari si ibu ini atau bagaimana. Tapi setiap kali pasien berdebat dengan si ibu saat itu juga sakit kepalanya kambuh dan bertambah nyeri. Nah, itulah yang disebut dengan nyeri kepala non organik. Si anak merasa tak diterima dan kemudian sakit kepala, dan si ibu (pasti) merasa was-was, takut, khawatir terhadap anaknya dan ujung2nya juga menimbulkan sakit kepala non organik.

Berangkat dari pengalaman si pasien, kita pasti sering menemui kasus-kasus diatas. Jangankan untuk beasiswa, kalau ada suatu usul kita yang tidak diterima orang lain kita pasti terus-menerus memikirkannya.

Nah, saya malah sering berada di posisi sang ibu. Bukan karena saya perempuan atau apa. Tapi, saya sering sakit kepala sendiri saat ada kata-kata "tidak boleh", "saya gak setuju" keluar dari mulut. Jangankan yang keluar dari mulut, hampir tiap hari kepala saya memikirkan hal-hal negatif dari sesorang yang membuat saya sakit kepala. Mungkin kita sering melarang seseorang yang sangat dekat dengan kita atau memikirkan "sesuatu yang negatif" tentang seseorang walaupun itu belum tentu benar terjadi..
Hey, kamu tau! pikiran kita yang menentukan siapa kita. Kalau kamu terus memikirkan hal-hal yang kuatir, negatif, jelek dan sebagainya maka itu senantiasa mempengaruhi alam bawah sadar kita untuk melakukan dan berbuat demikian. Kalian pernah alami? Ketika kalian sedang berada pada situasi yang menuntut kalian untuk berbuat sesuatu yang tidak kalian kuasai. Kalian mungkin bilang: "ah, aku kayaknya gak bisa deh" atau "ah, ini sih gak mungkin dikerjakan" percayalah, hal itu terus menggerogoti otak kalian dan kalian tidak berhasil melakukannya. Sebaliknya ketika kalian berkata "mungkin kalau saya mencoba saya pasti bisa" atau "saya mungkin masih junior, tapi apa salahnya dicoba, yang penting kita berusaha" yakinlah sedikit hal positif yang berusaha ditanamkan di pikiran akan membuat segala sesuatunya lebih mudah.

Mungkin beberapa orang berpikir "ah, teori mah mudah, prakteknya yang susah"! Memang!! saya akui itu... Untuk beberapa tahun saya hidup dengan digerogoti pikiran-pikiran jelek dan negatif tentang orang lain, dan itu membuat saya mencap orang lain tersebut dengan baik. Setiap kali saya ingin berpikiran positif pasti ada aja kejadian yang membuat saya mundur lagi ke hal-hal jelek. Ya! gak mudah memang, dan gak mungkin langsung dalam sekejab kamu menghipnotis diri sendiri untuk berpikiran yang baik, namun jika kamu memulainya dengan hal-hal kecil kamu pasti bisa.

Saat kita berpikir tidak akan mampu menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan kepada kita, maka kita pun takkan bisa menyelesaikan semua pekerjaan tersebut. It’s all about mindset
Dengan selalu berpikir positif, sikap dan perilaku kita akan menjadi positif. Sebaliknya, jika berpikiran negatif, pengaruhnya akan buruk terhadap diri sendiri. Pikiran itu seperti doa. Apa yang dipikirkan jelek, akan benar menjadi jelek.

The next time that you find yourself feeling "bad" don’t start asking, "Who did this to me?" Don’t start looking around for the external cause of your problems. What you should do is to ask yourself, "What have I been thinking?" "What have I been telling my self?" You may find that your inner dialogue has put you deep into emotional distress.

0 comments:


up